Wawancara Jurnalistik ialah sebuah dialog untuk
mengumpulkan dan merekontruksi fakta dari informasi yang telah ada sebelumnya.
Pada awalnya jurnalistik diartikan sebagai catatan harian
khususnya pada jaman Julius Caesar, kemudian berkembang pesat pada tahun
1960-an muncul Jurnalistik baru.
Pada tahun 1970-an muncul juga apa yang disebut sebagai
Jurnalistik ini lebih kepada menyusun pesan atau berita yang diolah selayaknya
laporan mengguakan riset ilmu sosial.
Setelah komputer dan internet makin memasyarakat kemudian
muncul apa yang disebut sebagai Cyber
Jurnalistik yang menggunakan jaringan internet dalam penyusunan dan
penyebarluasan berita atau pesan.
Dan pengertian
Jurnalistik itu sendiri ialah, segala bentuk kegiatan yang dilakukan dan sarana
yang digunakan dalam mencari, memroses, dan menyusun berita serta ulasan
mengenai berita hingga mencapai public atau kelompok tertentu yang menaruh
perhatian khusus pada hal-hal tertentu
Sumber; Indiwan Seto Wahjuwibowo – Pengantar Jurnalistik
Wawancara adalah suatu proses yang mengharuskan
penafsiran dan penyesuaian terus-menerus. Wawancara adalah salah satu cara
untuk mencari fakta dengan meminjam indera ( mengingat dan merekontruksi) kunci
wawancara yang baik adalah memungkinkan narasumber mengatakan apa yang
sebenarnya dipikirkan, bukan memikirkan apa yang mau dikatakan
Wawancara merupakan salah satu dari empat teknik dalam
mengumpulkan informasi. Tiga lainnya adalah; observasi langsung dan tidak
langsung; pencarian melalui catatan public dan partisipasi dalam peristiwa.
Menurut cara dilakukannya, terdapat tiga macam wawancara,
yaitu; wawancara secara tatap-muka; wawancara melalui telepon; wawancara
melalui kelompok.
Sumber; Prof. Dr. Muhammad Budyatna, M.A. – Teori &
Praktik
Jadi, Wawancara jurnalistik adalah wawancara yang
dilakukan wartawan dengan sumber berita untuk mendapatkan informasi yang
menarik dan penting bagi khalayak. Dengan demikian, wawancara jurnalistik bukan
untuk kepentingan wartawan maupun kepentingan sumber berita, tapi untuk
kepentingan khalayak. Maka pemilihan topik wawancara maupun penentuan sumber
yang akan diwawancarai harus berdasarkan pertimbangan untuk kepentingan
khalayak.
Sumber; Arje Abdurrahman Temat
Komentar
Posting Komentar